Republikmenulis.com -- Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi tantangan yang kian kompleks dan tidak menentu, kondisi ini biasa disebut juga dengan volatility (volatilitas) yang dikenal juga VUCA Volatility (volatilitas), Uncertainty (ketidak pastian), Complexity (kompleksitas), Ambiguity (ambigu) yang telah mengubah lanskap bisnis secara signifikan. Seperti perubahan teknologi yang pesat, perubahan naik turun nya ekonomi global dan perubahan preferensi nasabah di seluruh dunia itu menjadi contohnya.Oleh karna itu manajemen resiko menjadi peran penting dalam perbankan syariah saat ini karena berfungsi sebagai penahan untuk mendukung perekonomian yang berbasis syariah pada perbankan syariah, menjamin keberlangsungan hidup dan pertumbuhan pada bisnis.
Perbankan Syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip hukum islam. Perbankan
syariah juga memiliki karakteristik yaitu larangan terhadap riba (bunga) dan penerapan
skema bagi hasil dalam berbagai produk keuangannya. Transparansi dan keadilan muncul
dari prinsip-prinsip ini.Namun pada, keunggulan ini bukan berarti perbankan syariah tidak
memiliki risiko, terutama di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.Era VUCA
membawa perubahan yang cepat dan seringkali tidak terduga dapat terjadi dibidang ekonomi,
politik, dan sosial. Perubahan ini berdampak langsung pada sektor perbankan, termasuk
perbankan syariah. Oleh karena itu perbankan memerlukan sistem manajemen risiko yang
handal untuk mengidentifikasi potensi ancaman. Ada berbagai macam risiko seperti risiko
kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, hingga risiko reputasi.
Volatilitas yang tinggi dalam pasar keuangan global menjadi tantangan utama pada
perbanka. Stabilitas aset bank syariah dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata
uang, terutama jika terkait dengan investasi atau pembiayaan dalam mata uang asing. Karena
situasi ini menuntut perbankan syariah untuk memiliki strategi mitigasi atau tindakan untuk
mengurangi risiko yang kuat agar mampu menjaga kestabilan keuangan. Selain itu,
ketidakpastian yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kebijakan moneter global yang
berubah-ubah, konflik geopolitik, serta krisis ekonomi regional, turut menambah
kompleksitas situasi yang harus dihadapi. Hal ini menuntut perbankan syariah untuk lebih
fleksibel dalam mengelola aset dan portofolio mereka.
Di tengah peningkatan di era VUCA juga memaksa perbankan syariah untuk terus
mengembangkan instrumen manajemen risiko yang lebih maju. Tantangan yang dihadapi
tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari dalam sistem perbankan itu sendiri. Ambiguitas
dalam penerapan regulasi atau perbedaan penafsiran antara prinsip-prinsip syariah dengan
praktik ekonomi modern sering kali menimbulkan kendala dalam pengambilan keputusan.
Perbankan syariah harus mampu menyeimbangkan antara kepatuhan terhadap hukum syariah
dan adaptasi terhadap praktik keuangan kontemporer.
Dalam menghadapi tantangan ini, perbankan syariah perlu melakukan pendekatan
manajemen risiko yang komprehensif dan berkelanjutan. Salah satu langkah penting yang
harus dilakukan adalah diversifikasi portofolio atau strategi untuk mengurangi risiko investasi
dan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Diversifikasi membantu mengurangi dampak
volatilitas pasar dengan menyebar risiko ke berbagai sektor investasi. Dengan demikian,
perbankan syariah dapat mengurangi kerugian jika satu sektor mengalami penurunan kinerja,
sementara sektor lain tetap stabil atau bahkan meningkat. Selain itu, perbankan syariah juga
perlu meningkatkan kerangka kerja kepatuhan yang kuat. Kepatuhan terhadap regulasi yang
ada serta audit internal yang ketat akan membantu mengurangi risiko hukum dan operasional
yang mungkin akan timbul.
Pemanfaatan teknologi juga menjadi kunci penting dalam menghadapi era VUCA.
Digitalisasi dan penggunaan teknologi fintech dapat meningkatkan efisiensi operasional
perbankan syariah dan memperkuat kemampuan analisis data untuk mengidentifikasi potensi
risiko secara lebih akurat. Teknologi ini juga menjadi kunci penting dalam menghadapi era
VUCA. Bank syariah dapat membuat prediksi dan analisis yang lebih baik dari data besar
dengan teknologi yang canggih, pada akhirnya ini akan membantu dalam pengambilan
keputusan yang lebih bijak. Teknologi juga memungkinkan bank syariah untuk memperluas
jangkauan layanannya ke pasar yang lebih luas, sehingga meningkatkan daya saing dan
memperkuat posisi di tengah ketidakpastian.
Pengembangan produk keuangan yang inovatif juga menjadi strategi penting dalam
menghadapi era VUCA. Produk-produk yang fleksibel namun tetap sesuai dengan prinsip
syariah bisa membantu perbankan syariah tetap relevan dan kompetitif di tengah persaingan
yang ketat. Inovasi dalam produk keuangan syariah harus disesuaikan dengan kebutuhan
nasabah dan tren pasar yang terus berkembang. Produk yang dirancang dengan baik akan
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap perbankan
syariah.
Menghadapi era VUCA meeupakan tantangan besar. Namun, dengan strategi
manajemen risiko yang mudah menyesuaikan dengan keadaan tersebut, perbankan syariah
dapat meningkatkan ketahanannya terhadap perubahan yang cepat. Untuk menjamin
kelangsungan hidup diversifikasi portofolio, pemanfaatan teknologi, penguatan kerangka
kepatuhan, pengembangan SDM, dan inovasi produk keuangan adalah beberapa langkah
yang dapat diambil untuk memastikan bahwa perbankan syariah tidak hanya bertahan, tetapi
juga mampu tumbuh dan berkembang. Perbankan syariah dapat mempertahankan prinsip
keadilan dan transparansi yang menjadi fondasi utama dan dapat memainkan peran penting
dalam perekonomian global yang penuh tantangan jika dilakukan melalui pendekatan yang
komprehensif dan strategi yang tepat. (Penulis, Vella Taqqiyah Hayati, Mahasiswa STE SBI, Depok)