Manajemen Resiko Di Era Volatility Pada Perbankan Syariah

rm
0


Republikmenulis.com
-- Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi tantangan yang kian kompleks dan tidak menentu, kondisi ini biasa disebut juga dengan volatility (volatilitas) yang dikenal juga VUCA Volatility (volatilitas), Uncertainty (ketidak pastian), Complexity (kompleksitas), Ambiguity (ambigu) yang telah mengubah lanskap bisnis secara signifikan. Seperti perubahan teknologi yang pesat, perubahan naik turun nya ekonomi global dan perubahan preferensi nasabah di seluruh dunia itu menjadi contohnya.Oleh karna itu manajemen resiko menjadi peran penting dalam perbankan syariah saat ini karena berfungsi sebagai penahan untuk mendukung perekonomian yang berbasis syariah pada perbankan syariah, menjamin keberlangsungan hidup dan pertumbuhan pada bisnis.


Perbankan Syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip hukum islam. Perbankan

syariah juga memiliki karakteristik yaitu larangan terhadap riba (bunga) dan penerapan

skema bagi hasil dalam berbagai produk keuangannya. Transparansi dan keadilan muncul

dari prinsip-prinsip ini.Namun pada, keunggulan ini bukan berarti perbankan syariah tidak

memiliki risiko, terutama di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.Era VUCA

membawa perubahan yang cepat dan seringkali tidak terduga dapat terjadi dibidang ekonomi,

politik, dan sosial. Perubahan ini berdampak langsung pada sektor perbankan, termasuk

perbankan syariah. Oleh karena itu perbankan memerlukan sistem manajemen risiko yang

handal untuk mengidentifikasi potensi ancaman. Ada berbagai macam risiko seperti risiko

kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, hingga risiko reputasi.


Volatilitas yang tinggi dalam pasar keuangan global menjadi tantangan utama pada

perbanka. Stabilitas aset bank syariah dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata

uang, terutama jika terkait dengan investasi atau pembiayaan dalam mata uang asing. Karena

situasi ini menuntut perbankan syariah untuk memiliki strategi mitigasi atau tindakan untuk

mengurangi risiko yang kuat agar mampu menjaga kestabilan keuangan. Selain itu,

ketidakpastian yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kebijakan moneter global yang

berubah-ubah, konflik geopolitik, serta krisis ekonomi regional, turut menambah

kompleksitas situasi yang harus dihadapi. Hal ini menuntut perbankan syariah untuk lebih

fleksibel dalam mengelola aset dan portofolio mereka.


Di tengah peningkatan di era VUCA juga memaksa perbankan syariah untuk terus

mengembangkan instrumen manajemen risiko yang lebih maju. Tantangan yang dihadapi

tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari dalam sistem perbankan itu sendiri. Ambiguitas

dalam penerapan regulasi atau perbedaan penafsiran antara prinsip-prinsip syariah dengan

praktik ekonomi modern sering kali menimbulkan kendala dalam pengambilan keputusan.

Perbankan syariah harus mampu menyeimbangkan antara kepatuhan terhadap hukum syariah

dan adaptasi terhadap praktik keuangan kontemporer.


Dalam menghadapi tantangan ini, perbankan syariah perlu melakukan pendekatan

manajemen risiko yang komprehensif dan berkelanjutan. Salah satu langkah penting yang

harus dilakukan adalah diversifikasi portofolio atau strategi untuk mengurangi risiko investasi

dan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Diversifikasi membantu mengurangi dampak

volatilitas pasar dengan menyebar risiko ke berbagai sektor investasi. Dengan demikian,

perbankan syariah dapat mengurangi kerugian jika satu sektor mengalami penurunan kinerja,

sementara sektor lain tetap stabil atau bahkan meningkat. Selain itu, perbankan syariah juga

perlu meningkatkan kerangka kerja kepatuhan yang kuat. Kepatuhan terhadap regulasi yang

ada serta audit internal yang ketat akan membantu mengurangi risiko hukum dan operasional

yang mungkin akan timbul.


Pemanfaatan teknologi juga menjadi kunci penting dalam menghadapi era VUCA.

Digitalisasi dan penggunaan teknologi fintech dapat meningkatkan efisiensi operasional

perbankan syariah dan memperkuat kemampuan analisis data untuk mengidentifikasi potensi

risiko secara lebih akurat. Teknologi ini juga menjadi kunci penting dalam menghadapi era

VUCA. Bank syariah dapat membuat prediksi dan analisis yang lebih baik dari data besar

dengan teknologi yang canggih, pada akhirnya ini akan membantu dalam pengambilan

keputusan yang lebih bijak. Teknologi juga memungkinkan bank syariah untuk memperluas

jangkauan layanannya ke pasar yang lebih luas, sehingga meningkatkan daya saing dan

memperkuat posisi di tengah ketidakpastian.


Pengembangan produk keuangan yang inovatif juga menjadi strategi penting dalam

menghadapi era VUCA. Produk-produk yang fleksibel namun tetap sesuai dengan prinsip

syariah bisa membantu perbankan syariah tetap relevan dan kompetitif di tengah persaingan

yang ketat. Inovasi dalam produk keuangan syariah harus disesuaikan dengan kebutuhan


nasabah dan tren pasar yang terus berkembang. Produk yang dirancang dengan baik akan

memberikan nilai tambah dan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap perbankan

syariah.


Menghadapi era VUCA meeupakan tantangan besar. Namun, dengan strategi

manajemen risiko yang mudah menyesuaikan dengan keadaan tersebut, perbankan syariah

dapat meningkatkan ketahanannya terhadap perubahan yang cepat. Untuk menjamin

kelangsungan hidup diversifikasi portofolio, pemanfaatan teknologi, penguatan kerangka

kepatuhan, pengembangan SDM, dan inovasi produk keuangan adalah beberapa langkah

yang dapat diambil untuk memastikan bahwa perbankan syariah tidak hanya bertahan, tetapi

juga mampu tumbuh dan berkembang. Perbankan syariah dapat mempertahankan prinsip

keadilan dan transparansi yang menjadi fondasi utama dan dapat memainkan peran penting

dalam perekonomian global yang penuh tantangan jika dilakukan melalui pendekatan yang

komprehensif dan strategi yang tepat. (Penulis, Vella Taqqiyah Hayati, Mahasiswa STE SBI, Depok)

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)