Fiqih Prioritas: Lebih Baik Berkecukupan dan Bersyukur

rm
0


Republikmenulis.com
-- Konsep berkecukupan dan bersyukur merupakan nilai fundamental yang berperan penting dalam mencapai kesejahteraan individu dan sosial. Dalam kehidupan modern yang sering kali mendorong pola konsumsi berlebihan dan ketidakpuasan, sikap berkecukupan menjadi alternatif yang dapat menumbuhkan kebahagiaan sejati. Mengembangkan mindset berkecukupan adalah cara untuk lebih menghargai apa yang dimiliki, sementara bersyukur memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan kesehatan mental.

Dalam era yang semakin kompetitif, banyak orang terjebak dalam ambisi untuk terus mendapatkan lebih banyak, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari akumulasi materi. Banyak yang mengira bahwa semakin banyak yang dimiliki, semakin bahagia hidupnya. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa cukup dan bersyukur cenderung memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, mengalami lebih sedikit stres, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

Berkecukupan bukanlah tentang memiliki harta melimpah, tetapi lebih kepada kondisi di mana seseorang mampu memenuhi kebutuhannya secara wajar dan seimbang. Ini berarti memiliki cukup makanan, tempat tinggal, pendidikan, serta kesehatan tanpa harus terjebak dalam tekanan untuk terus mengejar lebih banyak. Hidup dalam kecukupan menciptakan rasa aman, memungkinkan seseorang untuk lebih fokus pada pengembangan diri dan menjalin hubungan sosial yang lebih positif.

Di sisi lain, bersyukur adalah sikap menghargai dan berterima kasih atas apa yang telah dimiliki. Dalam berbagai ajaran agama dan filosofi kehidupan, bersyukur dianggap sebagai kebajikan utama yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Secara psikologis, orang yang memiliki kebiasaan bersyukur lebih cenderung merasa bahagia, lebih sehat secara mental, dan lebih mudah membangun hubungan sosial yang baik.

Kecukupan dan rasa syukur merupakan dua hal yang saling melengkapi. Saat seseorang merasa cukup, ia lebih mudah bersyukur. Sebaliknya, ketika seseorang terbiasa bersyukur, ia lebih mampu melihat bahwa apa yang dimilikinya sudah cukup. Dengan begitu, ia tidak lagi terjebak dalam tekanan untuk terus mengejar hal-hal yang tidak perlu. Sikap ini membantu seseorang mengurangi stres akibat ambisi berlebihan dan lebih menikmati kehidupan dengan penuh kesadaran.

Ada beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan untuk membangun sikap berkecukupan dan bersyukur dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan melakukan refleksi diri secara rutin. Meluangkan waktu untuk merenungkan apa yang telah dicapai dan menikmati setiap pencapaian, sekecil apa pun, dapat membantu seseorang lebih menghargai hidup.

Selain itu, berbagi dengan orang lain juga menjadi salah satu cara efektif untuk menumbuhkan rasa syukur. Ketika seseorang melihat bagaimana orang lain yang kurang beruntung tetap bertahan dan menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan, ia akan lebih mampu menghargai apa yang dimilikinya. Berbagi tidak hanya terbatas pada materi, tetapi juga dalam bentuk waktu, tenaga, dan perhatian.

Praktik mindfulness atau kesadaran penuh juga menjadi kunci dalam menerapkan sikap bersyukur dan merasa cukup. Dengan lebih menyadari setiap momen yang dijalani dan menikmati apa yang ada saat ini, seseorang dapat terhindar dari kecenderungan untuk selalu melihat kekurangan. Alih-alih berfokus pada apa yang belum dimiliki, mindfulness membantu seseorang untuk melihat dan menghargai apa yang sudah ada di sekitarnya.

Islam sebagai agama yang menekankan keseimbangan hidup juga mengajarkan pentingnya kecukupan dan rasa syukur. Dalam Surah Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat)Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Ayat ini menegaskan bahwa sikap syukur bukan hanya bentuk pengakuan atas nikmat yang diberikan Allah, tetapi juga menjadi jalan untuk mendapatkan keberkahan yang lebih besar dalam hidup.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya orang yang paling banyak diberi keberkahan adalah mereka yang berkecukupan. Mereka bersyukur atas nikmat yang diberikan."

Dari perspektif Islam, seseorang yang merasa cukup dan bersyukur akan lebih diberkahi dalam kehidupannya. Sikap ini tidak hanya meningkatkan kebahagiaan pribadi, tetapi juga mempererat hubungan sosial dan memperkuat keimanan seseorang.

Di tengah dunia yang semakin materialistik, mengingat kembali pentingnya bersyukur dan merasa cukup menjadi hal yang sangat relevan. Dengan menanamkan kesadaran bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang memiliki segalanya, melainkan tentang menghargai apa yang sudah dimiliki, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh makna.

Sikap berkecukupan dan bersyukur bukan hanya mendatangkan ketenangan batin, tetapi juga membangun kehidupan yang lebih harmonis. Dengan lebih sedikit tekanan untuk mengejar ambisi yang tak berkesudahan, kita dapat lebih menikmati setiap momen dalam hidup dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita.

Semoga konsep ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang. (Penulis, Dekie Orlando, Mahasiswa STEI SEBI, Depok)

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)