Republikmenulis.com --SEBI Islamic Business And Economic Research Center (SIBERC), Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI (STEI SEBI) yang berkolaborasi dengan LAZNAS IZI dan Inisiatif Wakaf menyelenggarakan acara Islamic Philanthropy Outlook 2025 dengan tema “Towards Harmonization of Zakat and Wakaf Management in Indonesia.” Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Rabu, 04 Desember 2024 , yang bertempat di Ruang Serbaguna Lt. 4, Perpusnas Jl. Merdeka Selatan No.11, Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10110.
Islamic
Philanthropy Outlook ini menghadirkan narasumber luar bisa mulai dari
akademisi, praktis dan juga pemangku kebijakan. Adapun pembicara pertama ialah
Bapak Dr. Adril Hakim, S.T., M.M. yang merupakan Ketua LPPM STEI SEBI.
Pembicara kedua ialah Bapak Nana Sudiana, S.I.P., M.M., M.Hum. yang merupakan
Direktur Akademizi, LAZNAS IZI. Pembicara ketiga adalah Bapak Muhammad Hasbi
Zaenal, Ph.D. yang merupakan Direktur Kajian dan Pengembangan ZIS DSKL BAZNS
RI. Kemudian pembicara keempat yakni Bapak H. Anas Nasikhin, M.Si yang saat ini
menjabat sebagai Sekretaris BWI. Dan yang menjadi kelima pembicara yaitu Bapak Jaja
Zarkasyi, M.A. yang saat ini ia menjabat sebagai Kasubdit Pengamanan Aset dan
Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Kemenag RI. Islamic
Philanthropy Outlook ini dipandu oleh seorang moderator luar biasa yaitu Bapak Aries
Hermawan, S.E.I., M.E.
Dalam
kegiatan ini turut hadir Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI (STEI SEBI)
Depok bapak Sigit Pramono, Ph.D., CA., CPA. dan turut hadir juga Direktur Utama
LAZNAS IZI.Wildan Dewayana Rosyada, M.Si.
Bapak
Sigit Pramono menyampaikan apresiasi luar biasa kepada seluruh stakeholder yang
telah mendukung penyelenggaraan kegiatan Islamic Philanthropy Outlook 2025. Dimana
kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara STEI SEBI dan
LAZNAS IZI, kerja sama ini adalah bagian penting dari upaya kami untuk
memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan ekonomi syariah di Indonesia,
khususnya dalam mengoptimalkan potensi zakat dan wakaf.
Ia
juga menambahkan bahwa tahun ini, tema yang kami angkat adalah
"Harmonisasi Pengelolaan Zakat dan Wakaf di Indonesia". “Tema ini
dipilih sebagai respons terhadap berbagai tantangan dalam pengelolaan kedua
pilar utama ekonomi syariah ini. Meskipun zakat dan wakaf memiliki potensi
besar untuk pemberdayaan umat dan pengentasan masalah sosial, pengelolaan yang
tidak terintegrasi dan kurangnya sinergi antar lembaga pengelola zakat (LPZ)
dan nazhir wakaf menghambat tercapainya potensi tersebut secara optimal.” Kata
Sigit Pramono
Diakhir
sambutannya Bapak Sigit menyampaikan sebuah harapan agar kegiatan ini, dapat
memberikan wawasan dan rekomendasi yang konstruktif untuk menyatukan kebijakan,
prosedur, dan sistem pengelolaan zakat dan wakaf, baik di tingkat nasional
maupun daerah. Dengan harmonisasi yang lebih baik, zakat dan wakaf dapat berfungsi
lebih optimal sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi umat, pengentasan
kemiskinan, dan pembangunan sosial yang lebih merata. “Semoga karya ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan filantropi Islam dan mempercepat
tercapainya tujuan kita dalam membangun ekonomi syariah yang inklusif,
berkelanjutan, dan bermanfaat bagi umat.” Tutupnya
Selanjutnya
Bapak Wildan mengatakan bahwa dalam kolaborasi ini kami memandang Isu Harmonisasi
antar elemen gerakan filantropi Islam menjadi sangat penting di ranah aktivitas
kedermawanan publik, termasuk di dalamnya Zakat dan Wakaf. Zakat dan Wakaf
memilki potensi yang sangat besar yang belum tergali optimal dengan
karakteristik dan tantangannya masing-masing. Harmonisasi antar keduanya tentu
diharapkan dapat memperbesar dampaknya bagi umat dan bangsa, dan ikut menjawab
problematika2 masyakat di berbagai levelnya, lokal, regional, maupun global.
“Selain potensi besar
Sektor Filantropi Islam, tingkat kedermawanan yang tinggi, faktor lainnya yang
juga penting adalah keselarasan antara program-program filantropi dengan agenda
dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s). Penelitian FPI (2018) dan BAZNAS
misalnya menyebutkan bahwa 89% program lembaga filantropi sudah selaras dengan
SDG’s dan dapat memberikan kontribusi kuat dalam pencapaiannya. Ketiga faktor
inilah yang paling tidak mendorong kita semakin mantap dan terus
bersungguh-sungguh mengambil Langkah-langkah terobosan bagi kemajuannya di masa
depan.” Ungkapnya
Doktor Adril selaku narasumber pertama
menyampaikan setidaknya ada tiga tahap yang merupakan sinergi dalam pengelolaan
ZISWAF. “Diantaranya yaitu tahap pertama dengan menentukan institusi yg menjadi
simpul komunikasi dan koordinasi menuju sinergi organisasi pengelola; tahap
kedua adalah melakukan mapping potensi ZISWAF yang ada di Indonesia dan
melakukan distribusi tugas pengumpulan dana ZISWAF sesuai dengan peta potensi yang
ada; dan tahap ketiga adalah mapping program pemberdayaan dana ZISWAF sesuai
dgn tujuan dan target serta skala prioritas pemberdayaan dana ZISWAF di
Indonesia. “Mungkin perlu kementerian tersendiri untuk pengelola zakat dan
wakaf.” Kata Dr. Adril
“Ada 4 penguatan yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan zakat, pertama ialah penguatan kelembagaan dan manajemen, yaitu
dengan cara memperkuat BAZNAS dan LAZ seluruh Indonesia dan menata rapi
manajemen BAZNAS, LAZ dan juga Lembaga ZIS. Kedua ialah penguatan sumber daya
manusia (SDM) dengan cara optimalisasi profesionalitas, keterampilan, dan
keilmuan SDM BAZNAS dan LAZ karena SDM yang kuat, professional, dan handal
dapat mendukung kesejahteraan umat. Ketiga yakni penguatan infrastruktur yang
berwibawa dan modern dengan cara focus pada digitalisasi dan transformasi
digital di seluruh tingkatan. Dan yang terakhir ialah penguatan jaringan
melalui optimalisasi potensi zakat di seluruh Indonesia dan melalui strategi
untuk merealisasikan dan memperoleh potensi zakat secara maksimal.” Ujar Hasbi
yang merupakan narasumber ketiga.
Bapak H.
Anas Nasikhin selaku narasumber keempat yang juga merupakan sekretaris BWI
mengajak seluruh hadirin untuk menjadikan wakaf sebagai lifestyle sebagaimana
telah diterapkan di zaman para sahabat Nabi SWA. Hal itu ia sandarkan dengan
mengutip perkataan sahabat Jabir bin Abdillah R.A yang artinya “Tidak ada
seorangpun sahabat Nabi SAW. yang
memiliki kemampuan, kecuali mereka wakaf (Ahkam auqaf, Abu Bakr Al-Kasshaf).
“Wakaf sebagai pilar pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional.” Ujarnya
Ia juga
menambahkan bahwa Indonesia memiliki visi perwakafan nasional dalam roadmap
perwakafan tahun 2024-2029 diantaranya meningkatkan literasi wakaf dan
mendorong wakaf sebagai gaya hidup masyarakat, mengelola aset wakaf secara professional,
melakukan inovasi dan diversifikasi aset wakaf serta digitalisasi proses wakaf,
meningkatkan sinergi dan kolaborasi stakeholder wakaf dalam ekosistem wakaf
yang terintegrasi dan menjadi acuan terbaik dalam governansi wakaf global.
Narasumber
terakhir yaitu bapak Jaja Zarkasyi menuturkan beberapa rencana kolaborasi
ZISWAF dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2025-2029
yakni, pertama pemanfaatan asset wakaf untuk fasilitas social dengan pendanaan
ZIS. Kedua yaitu integrasi program pemberdayaan berdasarkan data regsosek. Dan
terakhir ialah skema kemitraan ZISWAF untuk program berlanjutan. Ia juga
menyampaikan bahwa kami di pemerintahan menunggu kritik dan saran dari banyak
pihak dalam bentuk penelitian, khususnya
dari STEI SEBI yang memiliki jumlah mahasiswa lumayan banyak sehingga
pemerintah mendapatkan masukan-masukan dalam setiap kebijakan untuk
kemashlahatan umat.
Hadirin
peserta Islamic Philanthropy Outlook 2025 sangat antusias mengikuti acara itu
terlihat dari jumlah yang hadir mencapai sekitar 180 orang. Kegiatan ini
diakhiri dengan sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber dan ditutup
dengan pemberian sertifikat penghargaan kepada para narasumber dan foto
bersama. (rm01)