Siapa Bung Hatta: Peran, Pemikiran, dan Warisannya bagi Indonesia

rm
0


Republikmenulis.com
-- Mohammad Hatta, atau yang lebih akrab disapa Bung Hatta, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat, Hatta dikenal sebagai sosok cendekiawan, pejuang kemerdekaan, serta wakil presiden pertama Indonesia. Pemikirannya mengenai ekonomi kerakyatan dan perjuangan diplomatik untuk kemerdekaan membuatnya menjadi figur yang dihormati di Tanah Air. Bung Hatta dikenal sebagai pribadi yang sederhana namun teguh pada prinsip-prinsip yang diyakininya.


Sejak muda, Hatta sudah menunjukkan kecerdasan dan semangat perjuangan yang tinggi. Ia mengenyam pendidikan di Belanda dan aktif dalam organisasi pergerakan mahasiswa seperti Perhimpunan Indonesia. Melalui organisasi ini, Hatta memperkenalkan pandangannya tentang kemerdekaan Indonesia kepada dunia internasional. Pada masa itu, dia juga menulis banyak artikel yang mengkritik kolonialisme dan menyerukan hak-hak bangsa Indonesia untuk merdeka.


Peran Bung Hatta dalam pergerakan nasional semakin besar saat ia kembali ke Indonesia pada 1932. Bersama Soekarno dan tokoh-tokoh nasional lainnya, Hatta terlibat dalam berbagai gerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Puncaknya adalah saat ia, bersama Soekarno, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sebagai wakil presiden pertama, Hatta ikut membangun fondasi pemerintahan yang kuat bagi negara baru yang masih rapuh.


Selain sebagai pejuang kemerdekaan, Hatta juga dikenal sebagai bapak ekonomi kerakyatan. Pemikiran ekonominya yang humanis dan berbasis pada kesejahteraan rakyat tercermin dalam konsep koperasi, yang ia yakini sebagai solusi untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata. Menurut Hatta, sistem koperasi sesuai dengan nilai gotong royong dan persatuan yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.


Hatta juga terkenal sebagai seorang diplomat ulung. Pada masa awal kemerdekaan, Hatta memainkan peran penting dalam berbagai negosiasi internasional untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan Indonesia. Keberhasilannya dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, pada tahun 1949, mengukuhkan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat secara penuh. Diplomasi Hatta yang penuh integritas membuatnya dihormati, baik di dalam maupun luar negeri.


Meskipun pernah memiliki perbedaan pandangan dengan Soekarno, terutama mengenai sistem pemerintahan, Hatta tetap menunjukkan sikap profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil presiden. Pada 1956, Hatta mengundurkan diri dari jabatannya, namun ia terus memberikan sumbangsih pemikirannya dalam bidang pendidikan dan ekonomi hingga akhir hayatnya. Ia memilih jalan hidup sederhana dan konsisten dengan prinsip anti-korupsi, yang menjadi teladan bagi generasi berikutnya.


Dalam kehidupannya, Bung Hatta adalah sosok yang penuh prinsip dan sangat mencintai buku. Ia dikenal sebagai seorang kutu buku dan memiliki koleksi perpustakaan pribadi yang sangat besar. Ia percaya bahwa pendidikan dan pengetahuan adalah kunci untuk membangun bangsa yang maju. Kecintaannya pada buku bahkan membuatnya berpesan bahwa ia ingin mendirikan perpustakaan pribadi sebagai warisan intelektual.


Warisannya tidak hanya dalam bentuk konsep ekonomi kerakyatan, tetapi juga dalam bentuk semangat nasionalisme yang rasional dan tidak fanatik. Hatta selalu mendorong masyarakat Indonesia untuk menjadi warga negara yang kritis dan berpikiran terbuka. Ia menjadi simbol dari perjuangan yang bukan hanya berdasarkan emosi, tetapi juga pemikiran yang matang.


Bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Jakarta. Hingga kini, sosoknya tetap dikenang sebagai pejuang dan bapak bangsa yang mengabdikan hidupnya untuk kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Pemikirannya masih relevan dan dijadikan rujukan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Bung Hatta akan selalu menjadi inspirasi bagi mereka yang bercita-cita membangun Indonesia yang adil, makmur, dan berdaulat. (rm_01)

Daftar Pustaka*

1. Anwar, Rosihan. *Bung Hatta: Biografi*. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996.

2. Benda, Harry J., John Bastin, dan Christiaan Lambert Maria Penders. *The Crescent and the Rising Sun: Indonesian Islam under the Japanese Occupation, 1942-1945*. The Hague: W. Van Hoeve Ltd, 1958.

3. Hatta, Mohammad. *Memoir Mohammad Hatta*. Jakarta: Tintamas, 1979.

4. Kahin, George McTurnan. *Nationalism and Revolution in Indonesia*. Ithaca: Cornell University Press, 1952.

5. Said, Salim. *Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian*. Jakarta: Mizan, 1998.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)