RepublikMenulis.Com - Seminar ini diselenggarakan oleh Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh pada tanggal 12 Desember 2023 dengan judul tema “Pengembangan Rantai Nilai Industri Pariwisata Halal Indonesia”. Seminar Nasional dibuka oleh Dr. T. Meldi Kesuma, M.M dan juga oleh Prof.Dr. Taufik Fuadi Abidin, S.Si., M.Tech sebagai salah satu Guru besar di Universitas Syiah Kuala.
Setelah pembukaan, selanjutnya kegiatan seminar dipandu oleh Nabilah, M.T sebagai moderator pada kegiatan ini. Alhamdulillah pemateri pertama telah hadir sejak awal sesi pembukaan sehingga moderator langsung saja mempersilakan kepada pemateri untuk dapat memulai pemaparannya. Adapun pemateri pertama yaitu Prof.Dr. Sumaryadi, M.M dimana beliau merupakan salah satu tim penyusun buku “Panduan Penyelenggaraan Pariwisata Halal” Kementerian Pariwisata Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata tahun 2019.
“Kondisi
Muslim-friendly tourism harus menghadirkan penyediaan atribut Islami yang
meliputi atribut dasar dan atribut pengalaman” ucap Sumaryadi. “Dimana Atribut
dasar terdiri dari makanan halal, sarana ibadah yang bersih dan toilet yang
bersih, sedangkan Atribut Pengalaman terdiri dari Paket aktivitas,
program/event, kehidupan Masyarakat yang Islami, lingkungan yang terpelihara
dan bangunan bersejarah” tambahnya.
Kegiatan
dilanjutkan pada pemateri kedua yaitu Dr.Dra. Sulastri, M.Si selaku Wakil Ketua
Bidang Pengabdian LPPM Universitas Syiah Kuala mengatakan bahwa “Wisata halal
di Aceh memiliki Potensi nilai diantaranya yaitu Rumah Aceh, Masjid Raya
Baiturrahman, Kupiah Meukeutop, Situs Cagar Budaya dan kekayaan alam.
Diperlukan keterlibatan dari para stakeholder, khususnya para peneliti dan
pemikir-pemikir untuk dapat memanfaatkan ekonomi dalam rantai nilai pariwisata
halal di Aceh.”
Sejalan dengan itu, pemateri ketiga yaitu Mirza Rizqan, S.E selaku Ketua Badan Promosi Pariwisata Aceh mengatakan bahwa “Potensi wisata halal di Aceh yang dapat dikembangkan adalah penerbangan internasional. Masih kalah banyak jika dibandingkan dengan Lombok, Nusa Tenggara Barat.” Menurut Mirza, apabila ini dapat ditambah jumlah penerbangan Internasionalnya, maka akan mendorong meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara ke Aceh.
“Tentunya harus dipersiapkan
dengan matang strategi dan program, seperti halnya di NTB yang telah siap dalam
hal program sertifikasi tour guide berbahasa Arab, sehingga wajar saja NTB
tahun depan mewakili Indonesia dalam ajang Global Muslim Travel Index tahun
2024.” tambah Mirza. Meski demikian rasa optimis itu tetap ada, Mirza yakin
strategi dan program Pariwisata Halal Aceh telah berada di jalur yang benar
dengan fokus pada 3 (tiga) hal yaitu: Sertifikasi Pelaku Usaha Pariwisata, Pelatihan
bagi Para Pelaku Pariwisata dan melakukan Edukasi Masyarakat. “Khususnya bagi
travel-travel yang menjual paket wisata, kami sebagai pemerintah memastikan
bahwa Travel Agent telah dilatih untuk ada paket wisata-wisata halal, jangan
sampai mereka menjual tapi tidak ada paket wisata halal di dalamnya.” tutup
Mirza.
Sesi tanya jawab berlangsung menarik, di awali dari empat orang penanya, kemudian narasumber dipersilakan langsung menjawab. Sesi tanya jawab terus dilanjutkan, ini menunjukkan bahwa peserta antusias dan aktif bertanya. Akhir kata, kegiatan seminar Nasional ini ditutup dengan penyerahan Sertifikat kepada narasumber-narasumber secara simbolis. (Kontributor: FInantyo Eddy Wibowo & Efri S. Bahri)