RepublikMenulis.Com - Okmar
Faris (29 tahun) merupakan salah seorang wirausahawan muda yang berasal dari
Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Orang tuanya di Pati
merupakan seorang
pedagang
mie ayam, dari latar
belakang inilah yang memotivasi dirinya untuk mengikuti jejak orang tuanya yaitu hanya dengan bermodalkan resep masakan keluarga.
Ia berinovasi menggabungkan resep warisan dari sang Ayah dengan resep ayam
bakar khas Solo
yang dimiliki Paman-nya. Ia mulai menjalankan usaha
kulinernya yang diberi nama Mie Ayam Bakar Solo sejak tahun 2020 lalu.
Sedikit mundur ke tahun
2017, mula-mula ia
memutuskan merantau
dari Pati ke Cileungsi untuk bekerja. Bakat dan jiwa berdagang seolah melekat dalam dirinya, mungkin sudah
garis turun menurun dari keluarganya sehingga hasrat untuk berdagang tidak
dapat terhindarkan. Dari penghasilan yang ia dapatkan, ia mulai menyisihkan uangnya
untuk ditabung sebagai modal usaha yang akan ia jalani. Setelah 3
tahun berlalu,
tepatnya tahun 2020, ia memutuskan untuk mulai
fokus menjalankan
usaha. Meski pada
awalnya, ia sempat ragu untuk memulai usaha dikarenakan khawatir inovasi yang
ia miliki akan terasa tidak
cocok dengan lidah konsumen.
Namun, setelah aktif berjalan usahanya, mulai terlihat respon
positif dari para konsumen
yang membuat dagangannya semakin ramai pembeli.
Tak
hanya berjualan secara langsung kepada pembeli, ia juga sudah mencoba berbagai cara strategi berjualan dengan memanfaatkan
platform digital seperti grabbfood,
gofood, dan shopeefood, dan bahkan
juga
pernah mencoba menggunakan
jasa beberapa influencer untuk endorse dagangannya, tentunya
dengan harapan
agar semakin
banyak orang yang penasaran
dan tertarik untuk mencoba. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bagi
pebisnis manapun terhadap keadaan
fluktuatif atau pasang surut dari omset yang didapatkan. Diketahui omset paling
besar atau kondisi pasang yang pernah didapatkan yakni mencapai sekitar 5-6 juta
per-harinya khusus
disaat Hari raya atau lebaran.
Namun, tentunya juga pernah mengalami kesurutan bahkan sehari hanya laku 3
porsi saja. Hal itu tidak
mematahkan semangatnya bahkan terus berupaya berinovasi.
Berjalan
memasuki tahun 2023,
Mie Ayam Bakar Solo semakin maju
pesat, kini sudah memiliki 2 gerai yang berlokasi
di Metland DG 1 No. 18 dan Metland BA 2 No. 8. Bisnis Mie Ayam Bakar Solo
ini mampu
membuka lapangan kerja bagi orang yang membutuhkan.
Pada
kesempatan wawancara, kami menanyakan kepada mas Okmar Faris, seandainya membuka usaha kuliner, apakah kriteria awal sebagai
pemilik usaha harus bisa memasak? Dan
ia pun menjawab “Sebenarnya sih kalo bisa, ya harus bisa masak. Tapi, kalo
ga bisa, (minimal yang
memasak) harus saudara, jangan orang lain karena
bisa berakibat fatal.” Ia menjelaskan
beberapa hal yang dimaksud fatal disini. Profesi seperti kasir dan juga
juru masak, menurutnya itu merupakan profesi yang tidak bisa diberikan kepada sembarang orang atau orang
lain yang baru dikenal dikarenakan
khawatir amanah
yang telah diberikan malah dikhianati. “Yah, mungkin hari ini
dia semangat, tapi kita ga tau besok masih semangat atau engga. Kita ga tau
orang lain itu hatinya seperti apa, berkhianat atau tidaknya”
jelasnya. Dan ia juga menekankan bahwa kunci dari bisnis kuliner itu letaknya
ada di dapur, sehingga siapa yang memasak itu yang paling penting dikarenakan
agar kualitas cita rasa yang dihidangkan tetap sama dan selalu bisa
dipertahankan.
Dari
sisi marketing, ada satu hal yang menarik pada bisnis Mie Ayam Bakar
Solo ini, yaitu program “Jumat Berkah”. Program ini baru mulai diterapkan pada
tahun ini. Alasan diterapkan Jumat Berkah pada bisnis ini yaitu sebagai bentuk
promosi agar pembeli semakin ramai, selain itu untuk mendapatkan keberkahan
pada usaha ini dan juga sebagai amal sedekah serta untuk membersihkan harta.
Sehingga bagi yang tadinya belum pernah merasakan kenikmatan dari Mie Ayam
Bakar Solo jadi ada
kesempatan untuk bisa merasakannya. Banyak juga driver-driver
ojek online yang ikut “menikmati”
karena dibelikan oleh orang yang lebih mampu atau orang yang menyumbang Jumat berkah.
Tentunya hal ini berpengaruh besar, baik dari segi omset yang semakin
meningkat, dan dari segi jiwa yang semakin bersih dan mendapatkan keberkahan.
Pada
akhir sesi wawancara, Okmar
Faris memberikan kiat-kiat dan tips pelajaran berharga yang dan ini tentunya bisa
menjadi masukan baik
bagi siapa saja (generasi
muda khususnya), yang ingin memulai berbisnis. Pertama, Wajib tahu ilmunya. Sebagai pelaku usaha, wajib tahu dasar atau basic
dari usaha yang ingin dijalani. Misal, mau memulai usaha kuliner, maka harus
bisa masak. Minimal kita harus tahu komposisi dan takarannya agar masakan terasa
enak.
Kedua, Jangan sampai malas,
karena rasa malas
itu pasti akan selalu
muncul. Disaat pelanggan ramai, mungkin kita semangat, tapi kalau sepi, apakah
masih semangat? Pelajaran
pentingnya yaitu berjualan bukan hanya tentang ramai atau
tidaknya pelanggan, menjaga
motivasi juga penting. Ketiga, Mempertahankan rasa. Hal
ini menjadi bagian tersulit yang ia alami dikarenakan sering mendapat komplain
dari pelanggan yang merasa kualitas dari masakannya berbeda. Solusinya, kita
tidak boleh anti-kritik, karena pelanggan adalah aset kita, sehingga kita harus mendengarkan
komplain pelanggan, dan memperbaiki agar rasa dapat dipertahankan. Keempat, Harus kompetitif. Kita harus mengenal
seperti apa pesaing di sekitar
dan apa saja kelebihan serta kelemahan yang mereka miliki untuk nantinya
menjadi bahan pelajaran dan pertimbangan dalam memperbaiki dan meningkatkan bisnis sendiri.
Merantau dengan bermodalkan resep keluarga, didukung
semangat jiwa mudanya, terus melakukan inovasi, tidak pernah ketinggalan
terhadap pesatnya teknologi digital, punya jiwa kompetitif yang sehat dan
sanggup evaluasi diri, itu semua paket lengkap yang dimiliki Okmar Faris, salah
satu contoh positif dan dapat dijadikan panutan bagi anak muda dalam berbisnis.
Bagaimana dengan Anda, apakah mau mengikut langkahnya? Atau Siapa tahu justru
anda yang akan menjadi contoh inspiratif dan panutan berikutnya. Mari kita
buktikan kita sanggup juga.
Penulis, Tini Handayani & Faizah Rahmah (Mahasiswa Sekolah Tinggi Al Wafa). Editor: Finantyo
Eddy Wibowo.