RepublikMenulis.Com – Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menambah empat guru besar baru, salah satunya berusia 37 tahun yang menjadi guru besar termuda dari UNS Surakarta yang dikukuhkan bersama 3 guru besar lainnya, hari ini. Jumlah keseluruhan guru besar yang di miliki saat ini sebanyak 298.
Pengukuhan keempat guru besar tersebut dipimpin langsung oleh Rekyor UNS Prof Jamal Wiwoho di Auditorium G. P. H. Haryo Mataram UNS Surakarta, hari ini , Selasa (17/10/2023).
Keempat guru besar tersebut di antaranya Heru Irianto dan Jauhari Syamsiyah dari Fakultas Pertanian, Muhammad Cahyadi dari Fakultas Peternakan, dan Sunny Ummul Firdaus dari Fakultas Hukum
Muhammad Cahyadi menjadi Guru Besar termuda UNS setelah menjadi profesor di usia 37 tahun dan 6 bulan dengan fokus membidangi Bioteknologi Peternakan di UNS.
Muhammad Cahyadi, Guru Besar ketiga yang dikukuhkan, menjadi Guru Besar ke-5 Fakultas Peternakan UNS dan ke-297 UNS yang membidangi Ilmu Bioteknologi Peternakan pada Fakultas Peternakan. Pidato inaugurasinya berjudul Pengembangan Marker Genomik untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Asal Ternak di Indonesia
Cahyadi lahir di Lahat, Sumatra Selatan pada 24 Maret 1986. Dia menempuh jenjang pendidikan kesarjanaan pada jurusan Produksi Ternak Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta selama 4 tahun (2003-2007) lalu melanjutkan Studi Magister S2 Bioteknologi di kampus yang sama Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta selama dua tahun (2007-2009).
Jenjang pendidikan Doktoralnya diperoleh dari Chungnam National University, Korea Selatan selama 3 tahun dari 2012-2015. Terakhir Profesi Insinyur peternakan di Universitas Gajah Mada pada tahun 2021.
Sampai saat ini, Cahyadi telah mempublikasikan 29 artikel di jurnal internasional bereputasi, 37 artikel di prosiding internasional bereputasi, 7 artikel jurnal internasional, 12 artikel di jurnal nasional terakreditasi, 8 artikel prosiding seminar internasional, 1 paten di Korea Selatan dan 1 paten granted. Yang terangkum dengan indeks Scopus mencapai angka 8
Prestasi lainnya antara lain Travel Bursary Award dari International Foundation for Animal Genetics (IFAG), Amerika Serikat 2014, Dosen Berprestasi Fakultas Pertanian UNS 2016, First Winner JITAA Award dari Universitas Diponegoro (Undip) 2016, dan Sakura Science Exchange Program dari Japan Science and Technology Agency (JST) 2018-2019.
Pada pidato pengukuhan guru besar, memberikan makalah berjudul Pengembangan Marker Genomik untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Asal Ternak di Indonesia menyoroti kondisi defisit pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia.
“Indonesia saat ini bahkan belum mampu memenuhi kebutuhan daging merah dan susu nasional karena produksinya masih rendah, bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih defisit 41,08% kebutuhan daging merah dan hanya mampu memenuhi 22,63% dari kebutuhan susu nasional. Faktor penyebabnya sebagian besar usaha peternakan di Indonesia adalah peternakan rakyat tradisional dan turun menurun, khususnya ternak ruminansia,” ujar Cahyadi
Saat ini, daging sapi sering kali dipalsukan dengan daging babi atau celeng, serta produk olahan daging sapi dalam kemasan seperti bakso dan sosis sering dicampuri daging ayam dengan motif ekonomi (Economically Motivated Adulteration atau EMA). Melalui pengembangan marker genomik pada subsektor peternakan diharapkan dapat menjadi solusi bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein hewani secara nasional,” tambah Cahyadi yang merupakan alumni salah satu Sekolah Dasar di Kabupaten Lahat
Sebagai profesor termuda UNS saat ini, Cahyadi juga memberikan pesan kepada akademisi agar selalu menampilkan versi terbaik dalam mengabdi untuk kemajuan institusi, masyarakat, bangsa dan negara(IU). (Kontributor: Indra Utama)