Dalam dunia kepemimpinan, banyak aspek yang mempengaruhi cara seorang pemimpin berinteraksi dengan timnya. Salah satu sifat yang sering diperdebatkan adalah sifat egosentris dalam kepemimpinan. Pertanyaan mendasar pun muncul: apakah perilaku egosentris seorang pemimpin mewakili ketegasan yang diperlukan dalam mengambil keputusan sulit atau justru mencerminkan tindakan otoriter yang merugikan? Artikel ini akan membahas perdebatan ini dengan merujuk pada berbagai referensi yang relevan.
Pertama, Pengertian Egosentris dalam Kepemimpinan. Egosentris merujuk pada fokus yang kuat pada diri sendiri dan kepentingan pribadi. Dalam konteks kepemimpinan, pemimpin egosentris mungkin cenderung mengambil keputusan berdasarkan preferensi pribadi tanpa mempertimbangkan opini dan masukan dari timnya. Namun, apakah ini murni sikap ketegasan yang diperlukan atau tindakan yang otoriter?
Kedua, Ketegasan sebagai Bukti Kepemimpinan Kuat. Beberapa pendukung pemimpin egosentris berpendapat bahwa sikap ini mencerminkan sifat tegas dan kuat yang penting dalam mengarahkan tim dan mengambil keputusan sulit. Ketegasan dapat membantu memastikan bahwa tujuan dicapai dengan efektif dan efisien.
Ketiga, Ancaman Otoritarianisme dalam Egosentris. Di sisi lain, kepemimpinan yang terlalu egosentris dapat dengan mudah melintasi batas menjadi tindakan otoriter. Pemimpin yang mengabaikan pandangan dan masukan dari bawahan bisa merusak budaya kerja, menghambat kreativitas, dan mengurangi kepuasan tim. Hal ini bisa berdampak negatif pada produktivitas dan inovasi.
Keempat, Mencari Keseimbangan yang Tepat. Sebagai seorang pemimpin, mencari keseimbangan antara ketegasan dan kolaborasi sangatlah penting. Sikap egosentris yang sehat dapat diintegrasikan dengan kemampuan mendengarkan dan memberikan perhatian pada opini tim. Kombinasi ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang seimbang, di mana keputusan diambil dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang.
Tidak ada jawaban yang pasti apakah perilaku egosentris seorang pemimpin merupakan bentuk ketegasan atau tindakan otoriter. Namun, penting bagi seorang pemimpin untuk memahami dampak dari tindakan mereka terhadap tim dan organisasi secara keseluruhan. Keseimbangan antara sikap egosentris yang diperlukan untuk mengambil keputusan tegas dan sikap empati dalam mendengarkan anggota tim dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis. Harapannya, artikel ini dapat memberikan sudut pandang yang lebih jelas tentang bagaimana perilaku egosentris seorang pemimpin dapat diartikan sebagai bentuk ketegasan atau tindakan otoriter dalam kepemimpinan.
Daftar Pustaka:
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter: Apa Itu, Ciri, dan Plus
Minusnya - Glints. [https://glints.com/id/lowongan/gaya-kepemimpinan-otoriter/](https://glints.com/id/lowongan/gaya-kepemimpinan-otoriter/)
2. 11 gaya kepemimpinan umum (beserta cara menemukan gaya
Anda) - Asana. [https://asana.com/id/resources/leadership-styles](https://asana.com/id/resources/leadership-styles)
3. Ciri dan Tokoh Dunia yang Memiliki Gaya Kepemimpinan
Otoriter - Finansialku. [https://www.finansialku.com/kepemimpinan-otoriter/](https://www.finansialku.com/kepemimpinan-otoriter/)
Profil Penulis. Akhmad Hanif yang akrap dipanggil Hanif, lahir di Tegal, 08 Agustus 2002. Hanif memiliki hobi Olahraga Bulu tangkis, Tenis Meja, Joging, Basket, dan Voli. Hanif aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai Staff Departement Sosial Keilmuan (SoSil) Himpunan Mahasiswa Sebi Entrepreneur Community (SEC). Pada periode 2022-2023, Hanif menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Sebi Entrepreneur Community (SEC). Kedepan, Hanif bercita-cita untuk menjadi Pebisnis dalam bidang Digital Marketing.