Oleh Yulia Fadillah (Mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto)
ASEAN Ecomonic Community (AEC) 2015 merupakan titik tolak masyarakat Asia Tenggara untuk menciptakan sebuah integrasi pasar regional yang diharapkan mampu untuk menjadi penopang ekonomi global. Dalam rangka AEC 2015, Indonesia tidak ketinggalan untuk mempersiapkan masyarakat terutama pelaku usaha agar mampu untuk bersaing secara regional. AEC diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia hingga ke tahap integrasi yang kompetitif dan saling menguntungkan.
Kesiapan Indonesia menghadapi AEC, akan terwujud ketika terdapat kerjasama dan keterlibatan komprehensif antara pemerintah, pelaku usaha (dalam hal ini UMKM atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) maupun masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan pembuat kebijakan harus secara bijaksana menempatkan kebijakannya sesuai dengan kebutuhan dan harapan serta tepat sasaran baik bagi dalam negeri maupun untuk luar negeri. UMKM, merupakan pelaku usaha yang harus bertanggung jawab menjalankan kegiatan perdagangan tanpa mengganggu keseimbangan dan harmonisasi lingkungan.
Masyarakat sebagai objek dari kegiatan perdagangan, harus bijaksana dalam mengkonsumsi produk. Akan tetapi kesiapan Indonesia menghadapi AEC masih kurang, disebutkan oleh Menteri Perindustrian, MS Hidayat bahwa Indonesia baru berada pada level 83 persen menghadapi AEC 2015.
Kesiapan Indonesia menghadapi AEC 2015 merupakan kesiapan kompleks yang harus didukung terutama dari kalangan pelaku usaha dan masyarakat. UMKM merupakan pelaku ekonomi yang mulai berkembang di Indonesia yang membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja baru. Melalui UMKM tercipta pula unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru untuk mendukung pendapatan rumah tangga.
Akan tetapi, di tengah maju pesatnya UMKM sebagai penopang perekonomian bangsa, masih terdapat banyak kendala dihadapi oleh sebagian besar UMKM. Di antara kendala tersebut yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat produktivitas dan kualitas produk. Meskipun diakui bahwa UMKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja di Indonesia, tetapi kontribusi dalam output nasional dapat dikatakan masih sangat rendah.
Wirausaha UMKM masih mengalami kendala di penguasaan teknologi, sehingga sulit untuk memaksimalkan potensi wirausahawan dalam mengembangkan sektor usahanya. Jaringan usaha kecil Indonesia mengungkapkan bahwa salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas UMKM adalah dengan melakukan modernisasi sistem usaha dan perangkat kebijakannya yang sistemik sehingga akan memberikan dampak yang lebih luas lagi dalam meningkatkan daya saing daerah.
Tabel 1. Tabel Keadaan Ideal dan Real antara Pemerintah, UMKM dan Masyarakat di Indonesia
Keadaan Ideal
Pemerintah Pelaku Usaha Masyarakat
1. Pemahaman mengenai regulasi
2. Mengatur arus informasi kepada masyarakat dan pelaku usaha (teknologi maupun informasi). 1. Mengerti regulasi
2. Meningkatkan produksi
3. Meluaskan target pasar
4. Memiliki pemahaman teknologi informasi untuk memudahkan mobilitas produk. 1. Cinta produk dalam negeri
2. Mengetahui produk yang ada di pasar
3. Memiliki daya beli tinggi terhadap produk dalam negeri
Keadaan Real
Pemerintah Pelaku Usaha Masyarakat
1. Tidak melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha
2. Tidak mengatur dan mempunyai tim ahli yang mengurus UMKM 1. Tidak mengerti sistem regulasi saat ini
2. Produksi stabil
3. Target pasar tidak jelas
4. Tidak memiliki kemampuan mengoperasikan teknologi
5. Tidak memiliki kemampuan bahasa, sehingga sulit untuk melakukan komunikasi (perdagangan) internasional 1. Lebih konsumtif
2. Tidak mengerti produk yang ada di pasaran
3. Lebih memilih produk impor
Berdasarkan tabel keadaan di atas mengenai peran pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015, mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat dan akademisi dituntut untuk terlibat aktif dalam mengatasi kendala yang dihadapi dan mendukung kesiapan Indonesia menghadapi ASEAN Community 2015, mahasiswa dapat mengambil peran sebagai berikut:
1. Mahasiswa sebagai jembatan antara pemerintah dengan pelaku usaha.
2. Mahasiswa sebagai jembatan bagi pelaku usaha dengan masyarakat.
3. Mahasiswa sebagai jembatan antara pemerintah dengan masyarakat.
4. Mahasiswa memiliki pemahaman mengenai regulasi perdagangan internasional, termasuk regulasi perdagangan di ASEAN dan mampu untuk melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha (UMKM).
5. Mahasiswa memiliki kemampuan penggunaan teknologi dan informasi.
6. Mahasiswa mampu dan fasih menggunakan berbahasa asing secara aktif terutama Bahasa Inggris.
7. Mahasiswa mampu untuk memberikan solusi dalam mengatasi berbagai kendala yang dihadapi UMKM dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
8. Mahasiswa mampu untuk membantu UMKM dalam kesiapannya menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Dalam rangka mendukung kesiapan UMKM di Indonesia menuju ASEAN Economic Community 2015 agar mampu berkompetisi dengan negara-negara ASEAN lainnya, di sinilah mahasiswa dapat menjalankan perannya sebagai intelektual berjiwa muda, penuh semangat dan tangguh. Maka dari itu, penulis merekomendasikan beberapa pemikiran, yaitu:
1. UMKM harus mempunyai sebuah ikon produk untuk keperluan promosi dalam bentuk animasi wayang.
Kekhasan setiap daerah di Indonesia menjadi tujuan wisata dunia, sehingga wisatawan asing yang kembali ke negaranya akan dengan sangat bangga memamerkan oleh-oleh khas daerah wisata tersebut. Maka dari itu diperlukan satu ikon nasional yang dapat menjadi identitas Indonesia secara utuh sebagai buah tangan wisatawan. Di sinilah mahasiswa memainkan perannya untuk merancang sebuah ikon kreatif dan ekspresif dalam mengekspresikan nasionalismenya dalam bentuk brand atau ikon nasional yang bisa disebut juga sebagai maskot. Melihat dari suksesnya produk tekstil Dagadu Yogyakarta ataupun Joger Bali, yang dapat dijadikan contoh untuk menjadi ikon atau maskot nasional.
Pemasaran produk menggunakan maskot menjadi ajang promosi yang sangat efektif. Maskot menjadi ciri khas sebuah produk yang dituangkan dalam bentuk animasi atau grafis. Selain mudah untuk diciptakan sesuai dengan keinginan dan karakter produk, hal ini menjadi alat promosi yang kuat daripada menggunakan jasa artis yang dapat memakan biaya tinggi. Indonesia mempunyai wayang sebagai salah satu kesenian nasionalnya, baik itu wayang kulit maupun wayang golek. Wayang dapat mencerminkan kekhasan Indonesia dengan keragaman etnis serta kekayaan budaya di dalamnya. Maka dari itu, untuk mengembangkan wayang sebagai ikon produk UMKM, wayang dapat dijadikan sebagai salah satu maskot atau ikon yang akan menjadi tokoh iklan untuk mempromosikan produk-produk UMKM Indonesia secara regional dalam bentuk animasi. Sehingga mampu untuk menarik konsumen dan melestarikan budaya Indonesia.
Produk yang dihasilkan akan mempunyai nilai tambah, ketika animasi untuk promosi produk UMKM menggunakan wayang. Produk tersebut mampu mewadahi seluruh entitas nusantara hingga kemudian menjadi ikon nasional yang secara komersil dapat dimanfaatkan dalam mengenalkan Indonesia di ranah internasional. Proyek tersebut dapat menjadi alat untuk semakin meningkatkan program “Cinta Produk Dalam Negeri” dan semakin mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri sesuai dengan program Kementrian Perindustrian .
2. Pembuatan website (e-commerce) sebagai sarana jual beli skala global
Keterbatasan akses dan jaringan dapat menjadi penghambat masyarakat untuk mendapatkan informasi seputar dunia usaha dan berita terkini tanah air maupun mancanegara. Pengetahuan masyarakat yang terbatas dalam hal teknologi terutama informasi akan sulit mengembangkan usaha dan industri mereka ke arah standar internasional. Hal ini tentu saja membuat pelaku usaha lokal hanya mampu berkecimpung di pasar domestik saja. Padahal banyak dari produk usaha mereka yang berpotensi untuk diekspor ke luar negeri sehingga lebih banyak memberikan keuntungan daripada hanya dipasarkan secara lokal. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai tokoh intelektual dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peluang dan potensi usaha yang dapat dikembangkan menjadi standar internasional sehingga produk tersebut layak ekspor. Selain itu, kemajuan teknologi dan informasi sebagian besar baru bisa dikuasai oleh kaum muda, terutama mahasiswa karena tidak jarang merekalah yang mendirikan dan membuat rancangan website bahkan situs-situs komersial. Maka dari itu mahasiswa mampu untuk mengembangkan industri dan usaha di Indonesia melalui internet untuk meningkatkan pertumbuhan usaha dan industri kreatif di Indonesia.
Pembuatan layanan usaha dan perdagangan dalam bentuk e-commerce merupakan salah satu cara yang menjanjikan. Banyak para pelaku usaha tidak mampu bertahan lama karena tidak memiliki target pasar yang luas. Maka mahasiswa mampu memberikan partisipasi dalam pembuatan website sebagai wadah untuk e-commerce. Layanan internet ini dapat memperluas target pasar secara internasional, sehingga produk yang ditawarkan mampu untuk menjadi peluang ekspor dengan mudah. Setiap jenis usaha baiknya dibuatkan sebuah platform khusus dalam bentuk digital sehingga mudah untuk dipasarkan ke konsumen dalam sekala besar. Internet juga bisa menjadi alat untuk mengetahui tren produk yang sedang diminati di pasar internasional sehingga para pelaku usaha dapat membuat inovasi produknya dengan banyak referensi.
3. Bahasa asing penunjang mobilitas UMKM
Ketika UMKM telah mencapai ranah melek teknologi, maka akan diperlukan sebuah jaringan yang mempunyai keunggulan dalam bahasa asing. Layanan bahasa selain bahasa Indonesia, akan memudahkan konsumen yang tidak mengerti bahasa Indonesia untuk memahami produk yang ditawarkan melalui internet. Maka perlu adanya kecakapan berbahasa asing bagi setiap pelaku usaha dan industri kreatif untuk mengenalkan dan memasarkan produknya ke luar negeri. Contoh usaha yang sudah mampu go international adalah Saung Angklung Udjo yang menyediakan usaha jasa seni tradisional Sunda dan penjualan berbagai kesenian tradisional khas Sunda. Produk barang dan jasa yang dimiliki oleh Saung Angklung Udjo ini telah menggunakan layanan internet dalam pemasarannya. Dalam halaman website tersebut telah menggunakan beberapa bahasa asing yang mampu memudahkan konsumen untuk mengaksesnya. Sistem informasi terintegrasi dalam berbagai bahasa pun sangat diperlukan dalam rangka perluasan akses dan target pasar. Maka ketika sistem pemasaran online dengan minimal dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Inggris akan digunakan, UMKM membutuhkan alih bahasa yang mampu untuk meningkatkan produktivitas secara online.
Demi memenuhi kebutuhan atas alih bahasa yang mengerti pula mengenai sistem pasar global, mahasiswa dapat ditempatkan sebagai urgensi dan jembatan antara UMKM dengan konsumen internasional. Banyak sekali diantara mahasiswa Indonesia yang fasih berbahasa asing dan juga paham sistem internasional, sehingga ketika mahasiswa ditempatkan sebagai jembatan antara konsumen dan produsen di dalam negeri, hal ini akan memudahkan produktivitas UMKM, memudahkan mobilitas produk, serta menjadi batu loncatan sebagai generasi muda untuk memahami pasar internasional dengan meningkatkan perekonomian dalam negeri.
4. Sosialisasi masalah regulasi perdagangan regional
Pelaku usaha dalam hal ini UMKM akan mampu untuk melakukan mobilitas produksi mereka secara global terutama dalam menghadapi AEC 2015 ketika adanya kerjasama sinergis antara pemerintah, UMKM dan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi ketika kualitas dan kuantitas barang telah ditingkatkan, SDM yang telah melek teknologi dan sistem marketing yang baik telah digunakan akan menjadi sia-sia jika UMKM tidak mengerti regulasi regional yang digunakan di pasar ASEAN nanti.
Pada dasarnya sosialisasi mengenai regulasi perdagangan regional maupun internasional menjadi tugas pemerintah. Pemerintah harus mampu untuk mensosialisasikan regulasi perdagangan yang digunakan secara regional dan internasional jika ingin meningkatkan UMKM Indonesia hingga ke taraf global. Namun fakta di lapangan mengatakan bahwa masih banyak UMKM yang tidak paham mengenai regulasi perdagangan yang akan diterapkan di AEC nanti, termasuk dengan kriteria produk yang sesuai untuk standar regional. Maka akan sangat sulit sekali untuk meluaskan pasar produk dalam negeri di negara-negara di Asia Tenggara. Mahasiswa memang sudah sebaiknya dilibatkan dalam mendukung kesiapan UMKM menghadapi AEC 2015 ini terutama mengenai regulasi perdagangan yang nantinya harus ditempuh oleh UMKM. Mahasiswa memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai dinamika internasional termasuk masalah ekonomi internasional yang juga menyangkut perdagangan regional. AEC merupakan salah satu pemahaman yang dikuasai mahasiswa. Oleh karena itu, pada pelaksanannya mahasiswa memiliki urgensi untuk diikutsertakan dalam menghadapi AEC 2015.
Pemerintah telah mendorong program kewirausahaan terutama melalui Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perindustrian. Program wirausaha tersebut ditujukan untuk meningkatkan dunia usaha dan industri kreatif di Indonesia terutama untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran. Mahasiswa mampu menghadapi dinamika ekonomi global karena mahasiswa selain mempunyai intelektualitas, kreatifitas dan inovasi tinggi juga mempunyai ambisi kuat untuk mencapai keingingan dan meraih kesuksesannya, sehingga tidak salah jika Kementerian Perindustrian memilih mahasiswa untuk meningkatkan UMKM di Indonesia terutama dalam tujuannya aktif dalam AEC 2015 nanti .
Baik sadar ataupun tidak Indonesia dipenuhi dengan banyak pelaku usaha kreatif dan inovatif dalam menciptakan produk yang mampu bersaing dengan pelaku usaha sejenis di dalam negeri maupun produk luar negeri. mulai dari UMKM yang banyak berdiri baik dari desa maupun ke kota termasuk di dalamnya industri kuliner dan jajanan rakyat (makanan khas daerah namun bukan makanan tradisional) juga industri kreatif yang merupakan kreatifitas masyarakat bahkan anak muda Indonesia yang sangat berpotensi untuk tujuan ekspor dapat mengembangkan usahanya.
Sayangnya masih banyak UMKM di Indonesia tidak bisa bertahan di tengah persaingan dan perkembangan ekonomi global saat ini. Sebagaimana disebutkan oleh Hatta dalam uraiannya mewujudkan Pengembangan Potensi Kewirausahaan di Perguruan Tinggi ia mengharapkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang kemudian lulus tidak menambah angka pengangguran sarjana melalui program kewirausahaan bekerjasama dengan pemerintah. Hal ini pula sejalan dengan langkah Indonesia menjelang pasar tunggal ASEAN, karena itu ditekankan untuk kemudian menumbuhkan sektor-sektor kewirausahaan terutama di kalangan mahasiswa. Jika sektor wirausaha dan UMKM tumbuh maka perilaku pasar yang menjadikan Indonesia komoditas konsumsi akan berubah menjadi komoditas produksi .
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. 2010. ASEAN Selayang Pandang: Edisi ke-19 Tahun 2010. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia: Jakarta.
Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN. 2010. Kerja Sama Perdagangan Bebas ASEAN dengan Mitra Wicara. Kementrian Luar Negeri : Jakarta.
Fajriah, Lily Rusna. 2014. Menperin Klaim Kesiapan RI Hadapi AEC 83%. Diakses Maret 28, 2014. Dari: http://ekbis.sindonews.com/read/2014/03/20/34/846028/menperin-klaim-kesiapan-ri-hadapi-aec-83
Halwani, Hendra. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Harian Kompas, Edisi Rabu 20 Maret 2013. KUR Tanpa Jaminan untuk Wirausaha.
Holland, Matt. Change Agents. Diakses 28 Maret 2014 Dari: http://eprints.bournemouth.ac.uk/498/1/Library_Reid_%26_Foster_Chap_7.pdf
Insignia Journal of International Relations. Volume 01 Nomor 01, Edisi Oktober 2011-Maret 2012. Laboratorium Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman.
Jaringan Usaha Kecil Indonesia. 2007. Usaha Kecil dan Menengah. Diakses Maret 28, 2014. Dari : http://www.usaha-kecil.com/usaha_kecil_menengah.html
Julianti, Mega dan Yulistin. 2008. Bandung Jadi Kota Kreatif Se-Asia Timur. Harian Pikiran Rakyat Edisi 10 Mei 2008. Dalam : http://bandungcreativecityblog.wordpress.com/ (Diakses pada 19 Maret 2013).
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional. Volume 7 Nomor 2. Edisi September 2011. Universitas Katolik Parahyangan.
Kelompok II, Panel II. 2010. Teori-Teori Hubungan Internasional dan Isu-Isu Ekonomi Global Kontemporer. AIHII : Bandung.
Luhulima, CPF dkk. 2008. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunias ASEAN 2015. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Miryanti, Renny dkk. 2013. “Penelitian” Model Masyarakat Ramah Investasi Untuk Mendukung Kesiapan Kabupaten Banyumas Menghadapi free Flow of Investment ASEAN Economic Community 2015. Universitas Jenderal Soedriman.
Multiversa Journal of International Studies. Volume 02 Nomor 2. Edisi Juni 2012. Universitas Gadjah Mada.
Pangestu, Mari dkk (penyunting). 2003. 75 Tahun Suhadi Mangkusuwondo : Indonesia dan Tantangan Ekonomi Global. Jakarta : CSIS.
Sitepu, Anthonius. 2003. Konsep Integrasi Regional dalam Studi Hubungan Internasional. Universitas Sumatera Utara. Hal. 1-3. Diakses 23 Maret 2014. Dari : http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CD4QFjAC&url=http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F3799%2F1%2Ffisip-anthonius3.pdf&ei=TeQuU6HVJsK3rAfi7IGYCw&usg=AFQjCNEKw_6OqJuujx8IYqlusTTbr1xYww&bvm=bv.62922401,d.bmk
Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi: Suatu Pengantar. Grafindo: Jakarta.
Spanier, John. 1984. Games National Play, Fifth Edition. New York. Diakses November 19, 2013. Dari : http://portal-hi.net/en/teori-teori-realisme/69-stabilitas-keamanan-regional
Tambunan, Tulus. 2009. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Thoha, Mahmud (penyunting). 2001. Globalisasi, Krisis Ekonomi dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: P3E-LIPI.
2011. Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint). Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN.
2009. Pengertian Investasi dan Dasar Investasi. Dalam : http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/investasi-pengertian-dasar-jenis-dan.html. Diakses pada 19 Maret 2013.
2013. Para Pengusaha Belia. Dalam: http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2465/read/PARA-PENGUSAHA-BELIA.html . Diakses 19 Maret 2013.
Penulis adalah Yulia Fadillah, Mahasiswi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Tulisan ini merupakan karya peserta Olimpiade Menulis 2015 yang digelar Forum Pemuda Bangun Negeri (FPBN) bekerjasama dengan Republik Menulis.